Sunday, June 12, 2016

Contoh Ringkasan Skripsi

JUDUL SKRIPSI : PENGGUNAAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS 3-DIMENSI UNTUK MENENTUKAN BIDANG GELINCIR DAERAH RAWAN LONGSOR DI DESA KEMUNING LOR KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER
OLEH               : DESY PRIYANDOKO (NIM. 011810201131)

BAB 1. PENDAHULUAN
“Bencana Tanah longsor adalah salah satu cara bencana alam kebumian yang disebabkan oleh proses geologi atau ulah manusia” (Surono,2002).  Hal tersebut merupakan fenomena alam, yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah. Faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya tanah rawan longsor adalah air hujan yang berinfiltrasi ke dalam tanah di bagian lereng yang terbuka (tanpa penutup vegetasi) menyebabkan kandungan air dalam tanah meningkat tanah menjadi jenuh , sehingga berat volume tanah bertambah dan beban pada lereng semakin berat.
“penelitian geo listrik banyak digunakan dalam eksplorasi mineral maupun dalam masalah lingkungan” (Reynolds,1977).Metode ini merupakan metode geofisika yang mempelajari bagaimana sifat aliran listrik yang terdapat di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Studi lingkungan dengan menggunakan metode tahanan jenis ini biasanya menerapkan survei tahanan jenis 2-D (dua Demensi) karena muda dalam praktek kerja di lapangan. Survei tahanan 2-D dapat digunakan untuk identifikasi distribusi tahanan jenis tanah bawah permukaan pada daerah rawan longsor. Seperti dilakukan oleh A. Farid Wajdi pada tahun 2005, yang melakukan studi tanah longsor berdasarkan data geolistrik tahanan jenis di desa Kemuning Lor, Kec. Arjasa, Kab. Jember. Penelitian ini menghasilkan, kondisi tanah khususnya daerah penelitian di desa tersebut beresiko mengalami tanah longsor.
                Penyelidikan tahanan jenis bawah permukaan dengan menerapkan survei tahanan jenis 3-D (tiga dimensi) jarang dilakukan. Selain sebagai suatu teknik survei yang baru, survei jenis ini membutuhkan banyak waktu karena memiliki tingkat kesulitan yang lebih dibandingkan dengan survei 2-D dalam hal akuisisi data. “ penggambaran distribusi tahanan jenis yang dihasilkan dari teknik akuisisi 3-D mampu menampilkan citra penyebaran tahanan baik penyebaran secara vertical maupun horizontal untuk kedalaman yang berbeda” (Loke, 2000).
                Survei tahanan jenis 3-D telah sukses dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Torleif Dahlin dan kawan-kawan pada tahun 2002, yang melakukan identifikasi lokasi pembuangan limbah di Lernacken, Swedia. Penelitian ini menghasilkan bahwa metode tahanan jenis 3-D cukup efektif untuk mengidentifikasi posisi limbah pada lokasi pembuangan limbah di Lernacken, Swedia yang ditandai dengan adanya anomali tahanan jenis rendah sebagai pendugaan dari keberadaan limbah. Metode ini menggunakan akuisisi data tahanan jenis 3-D yang dikombinasikan dengan metode inverse 3-D. dan masih banyak penelitian-penelitian lain yang sudah dilakukan menggunakan metode ini.
                Atas dasar itulah penulis menggunakan teknik akuisisi data dengan survei tahanan jenis 3-D ini diterapkan untuk studi lingkungan, yakni untuk mengetahui penyebaran tahanan jenis bawah permukaan daerah rawan longsor. Dari penerapan survei tahanan jenis 3-D diharapkan didapatkan penggambaran citra distribusi tahanan jenis bawah permukaan daerah rawan longsor.
                Tujuan yang diharapkan dalam penelitian tugas akhir ini antara lain mendapatkan gambaran distribusi tahanan jenis tanah bawah permukaan daerah rawan longsor dengan menerapkan teknik akuisisi survei tahanan jenis 3-D dan juga dapat menentukan bidang gelincir penyebab tanah longsor pada daerah rawan longsor dengan mengacu hasil penggambaran distribusi tahanan jenis tanah bawah permukaan dengan menerapkan teknik akuisisi survei tahanan jenis 3-D
                Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai alternatif untuk mengidentifikasi bidang gelincir sebagai penyebab terjadinya tanah longsor. Selain itu juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya eksplorasi bencana tanah longsor khususnya bidang geofisika sebagai data penunjang alternatif untuk penelitian selanjutnya.

2. TINJAUAN PUSTAKA
                Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batu pada arah gerak tegak, mendatar atau miring dari kedudukan aslinya. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan tanah dapat secara umum diidentifikasikan sebagai (1) faktor yang menyebabkan naiknya tegangan geser yang bekerja dalam tanah, (2) faktor yang menyebabkan turunnya kekuatan geser tanah. Faktor-faktor yang menyebabkan naiknya tegangan geser yang bekerja dalam tanah, meliputi naiknya berat unit tanah karena pembasahan, adanya beban eksternal seperti bangunan, bertambahnya kecuraman lereng karena erosi alami atau karena penggalian, dan berkerjanya beban goncangan.
                Biasanya tanah yang longsor bergerak pada suatu bidang tertentu. Bidang ini disebut bidang gelincir (slip surface) atau bidang geser (shear surface). Bentuk bidang gelincir ini sering mendekati busur lingkaran, dalam hal ini tanah longsor tersebut disebut rotational slide, yang bersifat berputar. Ada juga tanah longsor yang terjadi pada bidang gelincir yang hampir lurus dan sejajar dengan permukaan tanah, dalam hal ini tanah longsor disebut translational slide, yaitu bersifat bergerak dalam satu jurusan. Tanah longsor semacam ini biasanya terjadi bilamana terdapat lapisan agak keras sejajar dengan permukaan lereng.
                Jika lereng terletak pada suatu lapisan tanah yang sangat lunak, tidak padat ataupun lapisan batu, bidang longsor mungkin tidak berupa lingkaran. Permukaan bidang longsor komposit dimana sebagian bidang longsor melewati permukaan lapisan lunak. Kelongsoran semacam ini dapat terjadi pada tanah timbunan yang dipadatkan berlapis lapis, namun pada salah satu lokasi tertentu atau lebih, terdapat lapisan yang lunak. Kecepatan longsoran dan kerusakan yang terjadi tergantung pada homogenitas tanah lempungnya dan kandungan lapisan tanah yang lebih lolos air di dalam tanah timbunannya.
                Metode tahanan jenis 3-D secara teori seharusnya mampu memberikan informasi distribusi tahanan jenis dengan lebih akurat dibandingkan tahanan jenis 2-D karena metode tahanan jenis 3-D tidak hanya memberikan citra distribusi tahanan jenis dalam penampang vertical saja namun juga dalam bentuk penampang horizontal. Hingga saat in, metode tahanan jenis 3-D masih dalam tahap penelitian dan pengembangan di berbagai negara maju. Walaupun dalam penerapannya survei tahanan jenis 3-D ini belum sesering survei tahanan 2-D, Namun survei tahanan jenis 3-D ini tetap rutin diterapkan demi pengembangan metode tahanan jenis 3-D itu sendiri.
Res3dinv Merupakan perangkat lunak komputer yang secara otomatis menampilkan model tahanan jenis 3-D dibawah permukaan. Perangkat lunak ini mengolah data-data yang didapatkan dari pengukuran di lapangan. Pemodelan 3-D dilakukan dengan menggunakan program inverse. Program inverse ini menggambarkan dan membagi keadaan bawah permukaan dalam bentuk sejumlah blok 3-D.

3. METODE PENELITIAN
                Dalam tugas akhir ini, tahap pertama yang dilakukan adalah survei awal lokasi penelitian. Selanjutnya mendesain lintasan tahanan jenis 3-D. Akuisisi data dilaksanakan pada lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data tahanan jenis terukur. Data-data lapangan yang didapatkan terebut diolah dengan perangkat lunak komputer untuk mendapatkan model distribusi harga tahanan jenis bawah permukaan. Tahapan terakhir yang dilakukan dalam penelitian adalah interpretasi terhadap hasil pengolahan data.
                Waktu dan tempat penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 di desa Kemuning Lor kecamatan Arjasa kabupaten Jember. Desa ini terletak di sebelah utara kecamatan Arjasa pada ketinggian 500 meter dpl (diatas permukaan laut0 dan curah hujan rata-rata tiap tahunnya mencapai 2000 mm. Kecamatan Arjasa merupakan daerah breksi argopuro (Qvab). Pada permukaan daerah ini didominasi oleh sebaran breksi gunung api dengan sisipan lava. Breksi gunung api umumnya melapuk ringan-tinggi, berwarna abu-abu,bersusunan andesit, dengan masa dasar tuf. Secara umum batuan dari formasi ini mempunyai tingkat kekuatan tanah dan bantuan rendah-tinggi. Tanah pelapukan umumnya berupa lempung lanauan.
                Alat yang diperlkan untuk pengambilan data lapangan diperlukan alat pengukur dan peralatan pendukung sebagai berikut:
·         Resistivity meter
·         Global Positioning System (GPS)
·         4 rol kabel panjang
·         26 batang elektroda
·         Palu
·         1 rol meteran
·         Alat tulis
Teknik yang digunakan dalam survei tahanan jenis 3-D ini menggunakan teknik cross-diagonal survey. Keuntungan dari teknik tersebut bila dibandingkan dengan teknik complete data survey adalah penghematan waktu dan tegangan operasional. Jumlah data yang didapatkan dari teknik complete data survey, tanpa mempengaruhi kualitas data yang didapatkan.

BAB 4. PEMBAHASAN
                Pengolahan data metode geolistrik tahanan jenis menggunakan software Res3Dinv. Distribusi tahanan jenis dan ketebalan lapisan serta kedalaman lapisan tanah lokasi penelitian merupakan hasil iterasi dengan RMS optimal (tidak harus kecil). RMS dianggap optimal jika distribusi tahanan jenis dan sistem pelapisan batuan bawah permukaan sesuai dengan perkiraan kondisi geologi daerah penyelidikan (Surono, dalam Wahyono dan Utama, 2003). Hasil dari pengolahan  data pengukuran dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis 3-D berupa citra warna yang merupakan distribusi dari harga tahanan jenis lapisan tanah bawah permukaan. Namun dari analisi data, pada daerah penelitian ini tidak ditemukan adanya bidang gelincir. Tidak ditemukannya bidang gelincir pada daerah penelitian kemungkinan karena kurang luasnya daerah penelitian.
                Nilai persen kesalahan yang ditunjukkan pada hasil pengolahan yakni sebesar 28,2 %. Nilai persen kesalahan hasil pengolahan data dianggap optimal, karena dari penelitian ini didapati lapisan tanah yang sesuai dengan peta geologinya.Dari hasil pengolahan baik pada penampang horizontal dan vertical terlihat bahwa sebaran tahanan jenis tekstur tanah bawah permukaan tanah daerah penelitian tersebut berkisar 12,2 Ωm – 142 Ωm. Harga tahanan jenis tersebut menunjukkan harga tahanan jenis tanah lempung lananuan dan tanah lananuan basah lembek hingga tanah lananuan pasiran yang tahanan jenisnya mendekati batuan dasar.
                Pada penampang vertical, terlihat harga tahanan jenis semakin meningkat seiring dengan penambahan kedalaman. Pada lapisan terdalam terdapat tanah lananuan, pasiran yang kepadatannya mendekati batuan dasar dengan harga tahanan jenis 142 Ωm pada kedalaman sekitar 5,93 – 8,22 m. Metode tahanan jenis ini dapat diterapkan untuk penelitian daerah rawan longsor. Tingkat kerawanan tersebut  dapat diketahui berdasarkan kondisi fisik bidang gelincir yang terdapat di lapisan bawah permukaan. Dikarenakan bidang gelincir tidak ditemukan pada daerah penelitian maka dapat dikatakan bahwasannya daerah penelitian  kecil kemungkinan terjadi tanah longsor.
                Daerah penyelidikan geolistrik dapat ditentukan kedalaman bidang gelincir. Harga tahanan jenis tanah yang mudah longsor dan tidak mudah longsor umumnya memiliki perbedaan yang mencolok. “Struktur bawah permukaan adalah struktur yang rentan terjadinya longsor. Karena pada struktur semacam itu tidak akan mampu menahan jumlah air yang besar karena curah hujan yang cukup tinggi. Pada kondisi seperti itu,resistansi tanah tidak akan mampu menahannya” (Prayogo, 2003).

BAB 5. PENUTUP
                Survei geolistrik dengan menerapkan metode tahanan jenis 3-D dalam hal ini untuk menggambarkan penyebaran tahanan jenis tanah bawah permukaan dapat diterapkan pada penelitian lingkungan pada daerah rawan longsor. Metode geolistrik tahanan jenis 3-D mampu menampilkan citra penyebaran tahanan jenis baik secara vertikal maupun secara horizontal untuk kedalaman yang berbeda.
                Bidang gelincir rawan longsor pada daerah penelitian tidak ditemukan karena anomali yang ada bukan merupakan bidang miring yang mengarah ke jurang. Anomali yang dimaksud disini yaitu lapisan pasir. Nilai tahanan jenis lapisan pasir memiliki perbedaan yang cukup mencolok dengan lapisan di atasnya berupa tanah lempung dan juga dengan lapisan dibawahnya yaknii lapisan tanah lananuan, pasiran yang lebih padat. Untuk menentukan adanya bidang gelincir diperlukan survei geolistrik tahanan jenis 3-D dengan petak luasan penelitian yang lebih luas.
                Beberapa saran yang dikemukaan dalam laporan peelitian ini dengan harapan dapat ditindaklanjuti pada kemudian hari antara lain:
v  Di daerah rawan longsor sebaiknya tidak didirikan bangunan terutama rumah pendudukan untuk menghindari segala bentuk kerugian yang dapat ditimbulkan akibat longsoran baik korban jiwa maupun kerugian material.
v  Diperlukan survei geolistrik tahanan 3-D dengan petak luasan yang lebih luas untuk penentuan bidang gelincir.

v  Untuk pengembangan penerapan metode tahanan jenis 3-D, hendaknya dibuat suatu switching electrodes otomatis untuk memudahkan dalam proses akuisisi data tahanan 3-D. Hal ini sangat berguna sekali pada survei tahanan jenis 3-D untuk area pengukuran yang lebih luas.

No comments:

Post a Comment